Belajar
dan Pembelajaran
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya yang berjudul “Pendekatan Pembelajaran”.
Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan makalah
ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
demi kesempurnaan makalah ini.
Dan
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dosen
pengampu, Ibu Inelda Yulita S.Pd., M.Pd atas bimbingan beliau, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dan juga para kerabat yang ikut membantu
penyelesaian makalah ini.
Semoga
dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan bagi para pembaca tentang bagaimana melakukan
pendekatan dalam pembelajaran yang baik sehingga tercipta pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Tanjung Pinang, 5 November 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Judul.............................................................................................................................. i
Kata
Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar
Isi...................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 2
D. Metode
Penulisan............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 15
B. Saran
.............................................................................................................. 15
Daftar
Pustaka............................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan
seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya
manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang
merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan
aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan
pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak
didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Proses
pengajaran akan lebih hidup jika menjalin kerjasama diantara siswa dengan
pendidik, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan
paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah
pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar
mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa
yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih
baik. Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok
yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta.
Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal
tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagaipendekatan
pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan
menyenangkan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah Pentingnya pendekatan
dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah fungsi dari pendekatan
pembelajaran?
3. Apa Jenis-jenis Pendekatan dalam
Pembelajaran?
4. Bagaimanakah
Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui Pentingnya
pendekatan dalam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui fungsi dari
Pendekatan Pembelajaran.
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis
Pendekatan dalam Pembelajaran.
4. Untuk
mengetahui Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran.
D. Metode
Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam pembuatan
makalah ini adalah metode library research. Dengan mencari referensi yang
bersifat kualitatif data yaitu penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan
dan akses internet sebagai bahan referensi untuk mencari literatur yang sesuai
dengan materi yang di kupas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya pendekatan dalam
pembelajaran.
Dari
segi kepentingannya, pendidikan dilihat dari dua bagian, yaitu pendidikan dari
segi kepentingan individual dan pendidikan dari segi kepentingan masyarakat.
Dari segi kepentingan individual, selain harus memperhatikan perbedaan bakat,
kemampuan, dan kecenderungan yang dimiliki peserta didik, pendidikan juga harus
dapat membantu individu dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya
sehingga dapat menolongnya dikemudian hari. Dalam pendekatan yang bersifat
individualistis ini pendidikan hanya berfungsi untuk menciptakan kondisi dan
situasi yang memungkinkan berbagai potensi peserta didik yang berbeda-beda dan
diwujudkan dalam kenyataan. Dalam hal ini pendidik hanya memotovasi dan menginspirasi
peserta didik untuk mengexplorasi dan mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya dengan upayanya sendiri.
Dengan
demikian, pendidik bukan sebagai informan (pemberi informasi) melainkan sebagai
fasilitator, motifator, katalisator, inspirator, dan imaginator untuk
menggerakan terjadinya proses pembelajaran pada peserta didik, sehingga peserta
didik mau belajar dengan giat, sungguh-sungguh, dan mampu melahirkan gagasan
atau pemikiran baru dengan aktivitasnya sendiri. Pendidikan yang
bersifat individualistis ini memiliki landasan dan akar konseptual pada teori
psikologi yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki bakat, kecendrungan,
dan sebagainya yang berasal dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, mereka harus
diberikan kebebasan tanpa ada tekanan dan paksaan dari luar.
Dilihat
dari segi kepentingan masyarakat,
pendidikan merupakan media atau sarana yang berfungsi menyalurkan
gagasan, pemikiran, nilai-nilai budaya, agama, sistem politik, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya yang sudah diakui oleh masyarakat dan negara.
Dengan demikian, peran masyarakat dan negara sangat menentukan dalam
mengarahkan kegatan pendidikan. Pendidikan yang demikian itu, menempatkan
pendidik sebagai satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menentukan corak dan
warna pendidikan. Sedangkan peserta didik ditempatkan sebagai objek yang
sepenuhnya mengikuti kehendak pendidik. Dalam hal ini, pendidik menjadi
satu-satunya agent of information
atau agent of knowledge serta konsep
pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher
centris).
Konsep
yang memadukan kepentingan individual dan masyarakat ini didasarkan pada sebuah
asumsi, bahwa selain memiliki kebebasan individual, manusia juga dibatasi oleh
kebebasan sosial. Selain mahluk individual yang merupakan hak privasinya dan
mementingkan kebutuhan individualnya,
manusia juga mahluk sosial yang harus mementingkan kebutuhan sosialnya.
B.
Fungsi
dari pendekatan pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
a. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang
akan digunakan.
b. Memberikan
garis-garis rujukan
untuk perancangan pembelajaran.
c. Menilai
hasil-hasil
pembelajaran yang telah dicapai.
e. Menilai
hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
C.
Jenis-jenis
pendekatan pembelajaran
1.
Pendekatan
Individualistic
Pendekatan
individualistik dalam proses pembelajaran, adalah sebuah pendekatan yang
bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar belakang perbedaan dari
segi kecerdasan, bakat, kecendrungan, motivasi, dan sebagainya. Dalam
pendekatan ini kegiatan mengajar pendidik menitikberatkan pada bantuan dan
bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Ciri-ciri yang menonjol pada
pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi tujuan pengajaran, peserta
didik sebagai subjek yang belajar, guru sebagai pembelajar, program
pembelajaran, serta orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan pengajaran pada pembelajaran
secara individual
Adapun
tujuan pembelajaran yang menonjol adalah: (1) pemberian kesempatan dan
keleluasaan peserta didik untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri; dalam
pengajaran klasikal pendidik menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas.
Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap individual,
sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan kemampuan
rata-rata kelas. Peserta didik menyesuaikan diri dengan kemampuan rata-rata
kelas. (2) pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu
memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya
secara individual juga.
Peserta didik dalam pembelajaran
secara individual.
Kedudukan
peserta didik dalam pembelajaran individual bersifat sentral (pusat layanan
pengajaran). Dalam hal ini peserta didik memiliki keleluasan berupa;
keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri; kebebasan mengatur waktu
belajar atau bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya;
keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam
rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan; peserta didik melakukan
penilaian sendiri atas hasil belajar; peserta didik dapat mengetahui kemampuan
dan hasil belajar sendiri; serta peserta didik memiliki kesempatan untuk
menyusun program belajarnya sendiri.
Keenam
jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab
belajar mengajar. Pada pembelajaran klasikal tanggung jawab pendidik dalam
membelajarkan peserta didik cukup besar sedangkan pembelajaran individual,
tanggung jawab peserta didiklah yang cukup besar untuk belajar sendiri. Timbul
soal berikut; apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab penuh untuk
belajar sendiri? Hal ini terkait dengan perkembang emansipasi diri siswa.
Meskipun demikian pada tempatnya sejak usia pendidikan dasar peserta didik
dididik untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar sendiri (Monks,
Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1989)
Pendidik dalam Pembelajaran Secara
Individual
Kedudukan
pendidik dalam proses pembejaran individual bersifat memberikan bantuan,
berupa; (i) perencanaan kegiatan belajar, (ii) pengorganisasian kegiatan
belajar, (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara pendidik dan peserta didik,
dan (iv) fasilitas yang mempermudah belajar. Sedangkan dalam pengajaran
klasikal pada umumnya peranan pendidik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
sangat besar. Peranan pendidik dalam penciptaan hubungan terbuka dengan peserta
didik bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Hubungan terbuka
tersebut dilakukan dengan cara-cara (i) membuat hubungan akrab dan peka
terhadap kebutuhan peserta didik, (ii) mendengarkan secara simpatik terhadap
segala ungkapan jiwa peserta didik, (iii) tanggap dan memberikan reaksi positif
pada peserta didik, (iv) membina hubungan saling mempercayai, serta (v)
kesiapan membantu peserta, (vi) membina suasana aman sehingga peserta didik
leluasa berekplorasi, memberi kemungkinan penemuan-penemuan, dan mendorong
terjadinya emansipasi dengan penuh tanggung jawab.
Peranan
pendidk yang sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar. Tujuannya
adalah mempermudah. Cara yang dilakukan pendidik antara lain; (i) membimbing
siswa belajar, (ii) menyediakan media dan sumber belajar, (iii) memberi
penguatan belajar, (iv) menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara, dan
hasil belajar, serta (v) memberi kesempatan peserta didik untuk memperbaiki
diri.
Program Pembelajaran dalam
Pembelajaran Individual
Program
pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran
klasikal. Dari segi kebutuhan peserta didik, program pembelajaran individual
lebih efektif, sebab peserta didik sesuai programnya sendiri. Dari segi
pendidik, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien.
Dari
segi usia perkembangan peserta didik, maka program pembelajaran individual
cocok bagi siswa SLTP keatas. Hal ini karena peserta didik sudah dapat membaca
dengan baik, mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik dan dapat
bekerja sama maupun mandiri dengan baik. Dari segi bidang studi, maka tidak
semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara individual. Bidang studi
yang dapat diprogramkan secara individual adalah pengajaran bahasa, matematika,
IPA dan IPS bagi bahan ajaran tertentu, musik, kesenian, olahraga yang bersifat
perorangan.
Program
pembelajaran individual berorientasi dapat dilaksanakan secara efektif, bila
mempertimbangkan hal-hal berikut; disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, tujuan
pembelajaran dibuat untuk dimengerti oleh peserta didik, prosedur dan cara keja
harus dimengerti oleh peserta didik, kriteria keberhasilan harus dimengerti
oleh peserta didik, dan keterlibatan pendidik dalam evaluasi dimengerti peserta
didik.
Orientasi dan Tekanan Utama
Pelaksanaan
Program
pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap
peserta didik agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar
tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembejaran
individual, rencana pendidik berbeda dengan pengajaran klasikal. Dalam
pelaksanaan, pendidik berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis
kesukaran belajar, dan rekan diskusi, namun bukan sebagai instruktur.
2.
Pendekatan
Kelompok
Pendekatan
kelompok adalah pendekatan yang
dilakukan pendidik dengan tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak
didik serta membina sikap kesetiakawanan sosial. Pendekatan kelompok memang
suatu waktu diperlukan dan digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial peserta didik.
Kelebihan pendekatan
kelompok:
·
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang rasa sosial yang tinggi pada diri setiap peserta
didik
·
Peserta didik dibiasakan hidup bersama
dan bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan
dan kelebihan.
Kelemahan
pendekatan kelompok:
·
Pendidik harus mempunyai berbagai taktik
dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
·
Proses belajar tidak akan berjalan
lancar ketika pendekatan yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi anak
didiknya. Karena perbedaan daya tangkap anak, terkadang pendekatan yang
bervariasi tersebut justru tidak cocok dengan sebagian anak didik.
a. Tujuan
pengajaran pada kelompok kecil
Pembelajaran kelompok kecil merupakan
perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada
pembelajaran kelompok kecil adalah (i) memberi kesempatan kepada setiap peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (ii)
mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan, (iii)
mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri
sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, dan (iv) mengembangkan
kemampuan kepemimpinan-keterpemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam
pemecahan masalah kelompok.
b. Peserta
didik dalam penajaran pada kelompok kecil
Ciri-ciri
kelompok kecil yang menonjol sebagai berikut (i) tiap peserta didik merasa
sadar diri sebagai anggota kelompok, (ii) tiap peserta didik merasa memiki
tujuan bersama berupa tujuan kelompok, (iii) memiliki rasa saling membutuhkan
dan saling tergantung, (iv) ada interaksi dan komunikasi antar anggota, (v)
serta ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
Dari
segi individu, keanggotaan peserta didik dalam kelompok kecil merupakan
pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap peserta didik dalam kelompok kecil
menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan
tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbulah rasa bangga dan rasa memiliki
kelompok. Peserta didik berbagi tugas, tetapi merasa satudalam semangat kerja.
c. Pendidik
sebagai pembelajar dalam pembelajaran kelompok
Pembelajaran
kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat.
Bila perhatian pendidik dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap
individu, maka perhatian pendidik dalam pembelajaran kelompok tertuju pada
semangat kelompok dalam memecahkan masalah.
Peranan
pendidik dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (i) pembentukan kelompok,
(ii) perencanaan tugas kelompok, (iii) pelaksanaan, dan (iv) evaluasi hasil
belajar kelompok. Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada
peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok serta peningkatan kemampuan
kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar kepemimpinan dan
keterpemimpinanyang harus dipelajari oleh setiap peserta didik karena
dimasyarakat modern keterampilan memimpin dan terpimpin diperlukan dalam
kehidupan.
3.
Pendekatan
Campuran
Pada
bagian terdahulu, telah dikemukakan, bahwa seorang anak didik memiliki latar
belakang perbedaan secara individual, juga memiliki persamaan sebagai mahluk
yang berkelompok. Dengan demikian, setiap peserta didik sesungguhnya dapat
didekati secara individual dan kelompok. Pada bagian terdahulu juga sudah
dikemukakan, bahwa pada pendekatan individual dan kelompok masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing pendekatan tersebut, menunjukan bahwa kemungkinan dapat dilakukan
pendekatan yang ketiga yaitu, pendekatan campuran. Pendekatan campuran ialah
sebuah pendekatan yang bertumpu pada upaya menyinergikan keunggulan yang
terdapat pada pendekatan individual dan pendekatan kelompok.
Namun
dalam praktiknya, pendekatan campuran ini akan jauh lebih banyak masalahnya
dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya. Ketika pendidik dihadapkan
kepada permasalahan peserta didik yang bermasalah, maka pendidik akan
berhadapan dengan permasalahan peserta didik yang bervariasi. Setiap masalah
yang dihadapi pesrta didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Dari
uraian tersebut menjelaskan, bahwa setiap peserta didik memiliki motivasi yang
berbeda-beda dalam belajar. Dari satu sisi terdapat paserta didik yang motivasi
belajarnya sedang-sedang saja, atau rendah. Keadaan ini selanjutnya menimbulkan
keadaan peserta didik yang satu bergairah dalam belajar, sedangkan peserta
didik yang lainnya biasa-biasa saja, bahkan tidak bergairah sama sekali dan
tidak mau ikut belajar. Ia malah asik bersenda gurau, bermain-main, atau
melakukan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar. Mereka
duduk dan berbicara, berbincang-bincang satu sama lain tentang hal-hal yang
terlepas dari masalah pembelajaran.
D.
Implikasi
Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran
1.
Pendekatan
Langsung
Pendekatan
langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran:
a. Tahap
Presentasi
Ada lima metode pembelajaran penting yang
harus digunakan selama tahap presentasi pembelajaran langsung: (1) review
materi sebelumnya atau keterampilan awal yang diperlukan; (2) pernyataan
mengenai pengetahuan atau keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3)
pernyataan atau pengalaman yang menyediakan siswa dengan penjelasan tentang
mengapa tujuan khusus ini penting; (4) yang jelas, penjelasan pengetahuan atau
keterampilan yang harus dipelajari, dan (5) beberapa kesempatan bagi siswa
untuk menunjukkan pemahaman awal mereka menanggapi pemeriksaan guru.
b. Tahap
Latihan
Terdapat tiga metode pengajaran dalam tahap
latihan : (1) latihan terbimbing langsung dibawah pengawasan guru, (2) latihan
mandiri dimana siswa mengerjakan sendiri, dan (3) tinjauan berkala (sering
dimasukkan setiap hari dalam praktek dibimbing dan mandiri) dimana sebelumnya
siswa belajar memanfaatkan konten atau skills.
c. Tahap
Penilaian dan Evaluasi
Ada dua penilaian dan evaluasi pada
pembelajaran langsung yaitu (1) tes formatif, dan (2) tes sumatif.
d. Monitoring
dan Feedback
Pemantauan dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3.
Jika diperlukan maka diberikan umpan balik agar proses presentasi, latihan dan
penilaian berjalan sesuai yang diharapkan.
2. Pendekatan
Diskusi
Pembagian
tanggung jawab:
Pembelajaran
diskusi harus menggeser pembelajaran
yang berpusat pada menjadi pendekatan yang berpusat pada tanggungjawab
belajar bersama antara guru dan siswa. Pembagian tanggungjawab ini tidak
berarti mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran tetapi mengelola dan
mengarahkan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu harus
ada pengaturan peran dan tugas yang jelas.
3. Pendekatan Pengalaman
Ada
beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran yaitu:
1. Framing The
Experience (Merangkaikan pengalaman)
Ø Menetapkan
tujuan atau hasil pembelajaran
Ø Membicarakan
kriteria penilaian
Ø Membangun
hubungan (teman sebaya, guru,komunitas dan lingkungan)
2. Activating experience
(Menggerakkan Pengalaman)
Ø Pengalaman
nyata
Ø Membuat
keputusan hasil yang nyata
Ø Orientasi
Masalah
Ø Kesulitan
Optimal
3. Reflecting
on experience (Evaluasi/Penilaian dalam Pengalaman)
Ø Fasilitas
guru sebagai fasilitator
Ø Membuat
kelompok
Ø Proses
: Apa yang terjadi , mengapa itu terjadi , apa yang telah dipelajarai dan
bagaimana Cara
mengaplikasikannya.
4.
Pendekatan
Berbasis Masalah
a) Pemilihan
masalah
PBI
ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan penyempurnaan keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Hal ini tidak cocok sebagai strategi instruksional
untuk mengajarkan keterampilan dasar. Pendekatan PBI memerlukan pemilihan
masalah yang pembelajar (bahkan pelajar muda) telah memiliki pengetahuan, yang
mereka peroleh dari pengalaman hidup, sehingga penerapan pengetahuan ini dengan
pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan pemecahan masalah dapat
menghasilkan pemahaman lebih dalam.
b) Peran
guru.
Hal
yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI adalah kemampuan guru
berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan bukan sebagai penyedia informasi
atau materi.
c) Penilaian
autentik praktek untuk memvalidasi tujuan pembelajaran.
Penggunaan
penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:
o
Instruktur
/ guru harus sangat mengerti yang dimaksud (atau antisipasi) hasil pembelajaran
yang berkaitan dengan masalah yang diajukan ke pelajar. Strategi penilaian yang
digunakan harus selaras dengan hasil yang diinginkan.
o
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir
siklus pemecahan masalah. kelompok siswa dinilai berdasarkan pada solusi yang
ditawarkan mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
o
Penilaian formatif dapat terjadi setiap
saat dalam siklus FBI. Barrows (1988) menunjukkan setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran mereka diuji dengan menuliskan pengetahuan yang didapat
pada proses pemecahan masalah.
d) Gunakan
penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.
Beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional adalah :
o
Tujuan dari proses pembekalan ini adalah
untuk membantu peserta didik untuk mengenali, verbalisasi, dan
mengkonsolidasikan apa yang telah mereka pelajari, dan untuk mengintegrasikan
informasi dengan pengetahuan yang ada.
o
Tugas guru adalah untuk memastikan suara
yang sama bagi semua peserta, jadi hati-hati untuk mendengarkan semua anggota
dan meminta semua anggota untuk mereka berpendapat dan bercommentar.
o
Ikuti tanya jawab didirikan protokol.
Tahu generik dan spesifik pertanyaan untuk diminta untuk memandu sesi tanya
jawab. Siapkan pertanyaan ide / topik untuk memastikan bahwa Anda (sebagai
debriefer) mengingat semua pembelajaran yang telah dibahas dalam kegiatan FBI.
o
Ajukan pertanyaan yang mendorong peserta
didik agar sesuai dengan pengetahuan baru ke dalam skema yang ada.
o
Dorong peserta didik untuk mendaftar apa
yang telah mereka pelajari dengan menggunakan peta konsep-menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan.
4. Pendekatan
Simulasi
Secara umum
desain pendekatan simulasi memiliki tujuh prinsip umum, sebagai berikut:
a. Fungsi
Isi
Bagian
ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul fungsional dari sebuah
pembelajaran simulasi. Konten Simulasi mengambil model yang dinamis replika
sistem nyata atau khayalan.
b. Fungsi
Strategi
Melibatkan
Desain strategi yang menggambarkan konteks pengaturan instruksional, pengaturan
sosial, tujuan, struktur sumber daya, dan acara yang diberikan.
c. Fungsi
Kontrol
Desain
simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang pelajar dapat menyampaikan
pesan-pesan yang mempengaruhi terbukanya isi, strategi, atau unsur-unsur
dinamis lainnya dari pengalaman. Desain sistem kontrol sangat menantang karena tindakan belajar berlangsung
dalam konteks yang dinamis dan harus memanfaatkan pertukaran informasi dan
kontrol.
d. Fungsi
Pesan
Pesan
Menghasilkan unit:
o
Prinsip: Pesan Elements
o
Prinsip: Pendekatan untuk Penataan pesan
o
Prinsip: Pelaksanaan-waktu Pembangunan
pesan
e. Fungsi
Representasi
Fungsi
representasi desain simulasi adalah yang paling terlihat dan nyata. Desainnya
melibatkan semua unsur sensorik pengalaman simulasi-pemandangan, suara, sensasi
taktil, dan kinestetik sensasi. Fungsi representasi desain yang menggambarkan
semua pengalaman indrawi yang akan diadakan dan bagaimana mereka akan
diintegrasikan dan disinkronkan. Semua dijelaskan struktur titik ini untuk
konten, strategi, kontrol, dan pesan yang abstrak dan menjadi terlihat hanya
melalui representasi desain. Oleh karena itu, representasi adalah jembatan yang
menghubungkan elemen desain abstrak dengan simbolis tertentu elemen media.
f. Media-fungsi
logika
Media-melaksanakan
fungsi logika representasi dan melaksanakan operasi logis yang memungkinkan
simulasi peristiwa terjadi. Hal ini dapat juga mencakup perhitungan dan
pengumpulan data.
g. Fungsi
pengelolaan data
Mengelola data
yang dihasilkan dari interaksi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan
pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan antara
pendidik dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
didik dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Paradigma pendikan yang digunakan sekarang ini bukanlah
paradigma dimana pembelajar diibaratkan sebagai
mengisi air ke dalam gelas, melainkan pendidik bertindak sebagai guru
yang memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki peserta
didik itu dapat diexplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma pendidikan yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai
“seorang bidan” yang membantu melahirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu
peserta didik agar dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang
menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus
dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya
dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru
ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar
mengajar yang menyenangkan.
B.
Saran
Para pendidik hendaknya terus berupaya
untuk melaksanakan pendekatan dalam pembelajaran melalui program pembelajaran
yang terencana, hindari kebiasaan pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat
dan hafal. Demikian halnya dengan peserta didik harus meningkatkan cara
belajarnya dan aktif ketika pembelajaran berlangsung demi meningkatkan proses
pembelajaran yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Dimyati
dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain.1997.Strategi Belajar Pembelajaran1. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Metro.Sanjaya,W.
(2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Media Group.
mens titanium wedding rings
BalasHapusTiana Mens-Tatiana titanium grades has two beautiful wedding rings titanium pots and pans from this price of titanium stylish wedding ring and the mens ring. titanium rod in leg They are the perfect apple watch titanium vs aluminum wedding ring for your
vz705 veja γυναικεια,footjoy golf shoes uk,pandora charms,inov-8 uk,inov8boty,jordans femei,inov-8 shoes,underarmourschuhe,veja sneakersbm021
BalasHapus