Rabu, 14 Desember 2016


Belajar dan Pembelajaran
PENDEKATAN PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “Pendekatan Pembelajaran”.
            Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dosen pengampu, Ibu Inelda Yulita S.Pd., M.Pd atas bimbingan beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan juga para kerabat yang ikut membantu penyelesaian makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan  bagi para pembaca tentang bagaimana melakukan pendekatan dalam pembelajaran yang baik sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.




Tanjung Pinang, 5 November 2016


                                                                        Penulis





DAFTAR ISI
Judul.............................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C.     Tujuan............................................................................................................... 2
D.    Metode Penulisan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................... 15
B.     Saran .............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka............................................................................................................ 16









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup jika menjalin kerjasama diantara siswa dengan pendidik, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik. Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagaipendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Pentingnya pendekatan dalam pembelajaran?
2.      Bagaimanakah fungsi dari pendekatan pembelajaran?
3.      Apa Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran?
4.      Bagaimanakah Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Pentingnya pendekatan dalam pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui fungsi dari Pendekatan Pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran.

D.    Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode library research. Dengan mencari referensi yang bersifat kualitatif data yaitu penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan dan akses internet sebagai bahan referensi untuk mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pentingnya pendekatan dalam pembelajaran.

Dari segi kepentingannya, pendidikan dilihat dari dua bagian, yaitu pendidikan dari segi kepentingan individual dan pendidikan dari segi kepentingan masyarakat. Dari segi kepentingan individual, selain harus memperhatikan perbedaan bakat, kemampuan, dan kecenderungan yang dimiliki peserta didik, pendidikan juga harus dapat membantu individu dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat menolongnya dikemudian hari. Dalam pendekatan yang bersifat individualistis ini pendidikan hanya berfungsi untuk menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan berbagai potensi peserta didik yang berbeda-beda dan diwujudkan dalam kenyataan. Dalam hal ini pendidik hanya memotovasi dan menginspirasi peserta didik untuk mengexplorasi dan mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dengan upayanya sendiri.
Dengan demikian, pendidik bukan sebagai informan (pemberi informasi) melainkan sebagai fasilitator, motifator, katalisator, inspirator, dan imaginator untuk menggerakan terjadinya proses pembelajaran pada peserta didik, sehingga peserta didik mau belajar dengan giat, sungguh-sungguh, dan mampu melahirkan gagasan atau  pemikiran baru  dengan aktivitasnya sendiri. Pendidikan yang bersifat individualistis ini memiliki landasan dan akar konseptual pada teori psikologi yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki bakat, kecendrungan, dan sebagainya yang berasal dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, mereka harus diberikan kebebasan tanpa ada tekanan dan paksaan dari luar.
Dilihat dari segi kepentingan masyarakat,  pendidikan merupakan media atau sarana yang berfungsi menyalurkan gagasan, pemikiran, nilai-nilai budaya, agama, sistem politik, ilmu pengetahuan, dan sebagainya yang sudah diakui oleh masyarakat dan negara. Dengan demikian, peran masyarakat dan negara sangat menentukan dalam mengarahkan kegatan pendidikan. Pendidikan yang demikian itu, menempatkan pendidik sebagai satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menentukan corak dan warna pendidikan. Sedangkan peserta didik ditempatkan sebagai objek yang sepenuhnya mengikuti kehendak pendidik. Dalam hal ini, pendidik menjadi satu-satunya agent of information atau agent of knowledge serta konsep pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher centris).
Konsep yang memadukan kepentingan individual dan masyarakat ini didasarkan pada sebuah asumsi, bahwa selain memiliki kebebasan individual, manusia juga dibatasi oleh kebebasan sosial. Selain mahluk individual yang merupakan hak privasinya dan mementingkan kebutuhan individualnya,  manusia juga mahluk sosial yang harus mementingkan kebutuhan sosialnya.
B.     Fungsi dari pendekatan pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
a.       Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
b.      Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c.       Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d.      Mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul.
e.       Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

C.    Jenis-jenis pendekatan pembelajaran
1.      Pendekatan Individualistic
Pendekatan individualistik dalam proses pembelajaran, adalah sebuah pendekatan yang bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat, kecendrungan, motivasi, dan sebagainya. Dalam pendekatan ini kegiatan mengajar pendidik menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi tujuan pengajaran, peserta didik sebagai subjek yang belajar, guru sebagai pembelajar, program pembelajaran, serta orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.


Tujuan pengajaran pada pembelajaran secara individual
Adapun tujuan pembelajaran yang menonjol adalah: (1) pemberian kesempatan dan keleluasaan peserta didik untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri; dalam pengajaran klasikal pendidik menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas. Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap individual, sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan kemampuan rata-rata kelas. Peserta didik menyesuaikan diri dengan kemampuan rata-rata kelas. (2) pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.

Peserta didik dalam pembelajaran secara individual.
Kedudukan peserta didik dalam pembelajaran individual bersifat sentral (pusat layanan pengajaran). Dalam hal ini peserta didik memiliki keleluasan berupa; keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri; kebebasan mengatur waktu belajar atau bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya; keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan; peserta didik melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar; peserta didik dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri; serta peserta didik memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar mengajar. Pada pembelajaran klasikal tanggung jawab pendidik dalam membelajarkan peserta didik cukup besar sedangkan pembelajaran individual, tanggung jawab peserta didiklah yang cukup besar untuk belajar sendiri. Timbul soal berikut; apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab penuh untuk belajar sendiri? Hal ini terkait dengan perkembang emansipasi diri siswa. Meskipun demikian pada tempatnya sejak usia pendidikan dasar peserta didik dididik untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar sendiri (Monks, Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1989)



Pendidik dalam Pembelajaran Secara Individual
Kedudukan pendidik dalam proses pembejaran individual bersifat memberikan bantuan, berupa; (i) perencanaan kegiatan belajar, (ii) pengorganisasian kegiatan belajar, (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara pendidik dan peserta didik, dan (iv) fasilitas yang mempermudah belajar. Sedangkan dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan pendidik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Peranan pendidik dalam penciptaan hubungan terbuka dengan peserta didik bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Hubungan terbuka tersebut dilakukan dengan cara-cara (i) membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan peserta didik, (ii) mendengarkan secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa peserta didik, (iii) tanggap dan memberikan reaksi positif pada peserta didik, (iv) membina hubungan saling mempercayai, serta (v) kesiapan membantu peserta, (vi) membina suasana aman sehingga peserta didik leluasa berekplorasi, memberi kemungkinan penemuan-penemuan, dan mendorong terjadinya emansipasi dengan penuh tanggung jawab.
Peranan pendidk yang sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar. Tujuannya adalah mempermudah. Cara yang dilakukan pendidik antara lain; (i) membimbing siswa belajar, (ii) menyediakan media dan sumber belajar, (iii) memberi penguatan belajar, (iv) menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara, dan hasil belajar, serta (v) memberi kesempatan peserta didik untuk memperbaiki diri.

Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan peserta didik, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab peserta didik sesuai programnya sendiri. Dari segi pendidik, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien.
Dari segi usia perkembangan peserta didik, maka program pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP keatas. Hal ini karena peserta didik sudah dapat membaca dengan baik, mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik dan dapat bekerja sama maupun mandiri dengan baik. Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara individual. Bidang studi yang dapat diprogramkan secara individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA dan IPS bagi bahan ajaran tertentu, musik, kesenian, olahraga yang bersifat perorangan.
Program pembelajaran individual berorientasi dapat dilaksanakan secara efektif, bila mempertimbangkan hal-hal berikut; disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, tujuan pembelajaran dibuat untuk dimengerti oleh peserta didik, prosedur dan cara keja harus dimengerti oleh peserta didik, kriteria keberhasilan harus dimengerti oleh peserta didik, dan keterlibatan pendidik dalam evaluasi dimengerti peserta didik.

Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap peserta didik agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembejaran individual, rencana pendidik berbeda dengan pengajaran klasikal. Dalam pelaksanaan, pendidik berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi, namun bukan sebagai instruktur.
2.      Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok  adalah pendekatan yang dilakukan pendidik dengan tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik serta membina sikap kesetiakawanan sosial. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial peserta didik.
Kelebihan pendekatan kelompok:
·         Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat tumbuh dan berkembang rasa sosial yang tinggi pada diri setiap peserta didik
·         Peserta didik dibiasakan hidup bersama dan bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.


Kelemahan pendekatan kelompok:
·         Pendidik harus mempunyai berbagai taktik dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
·         Proses belajar tidak akan berjalan lancar ketika pendekatan yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi anak didiknya. Karena perbedaan daya tangkap anak, terkadang pendekatan yang bervariasi tersebut justru tidak cocok dengan sebagian anak didik.
a.       Tujuan pengajaran pada kelompok kecil
Pembelajaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran kelompok kecil adalah (i) memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (ii) mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan, (iii) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, dan (iv) mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
b.      Peserta didik dalam penajaran pada kelompok kecil
Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol sebagai berikut (i) tiap peserta didik merasa sadar diri sebagai anggota kelompok, (ii) tiap peserta didik merasa memiki tujuan bersama berupa tujuan kelompok, (iii) memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung, (iv) ada interaksi dan komunikasi antar anggota, (v) serta ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
Dari segi individu, keanggotaan peserta didik dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap peserta didik dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbulah rasa bangga dan rasa memiliki kelompok. Peserta didik berbagi tugas, tetapi merasa satudalam semangat kerja.

c.       Pendidik sebagai pembelajar dalam pembelajaran kelompok
Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat. Bila perhatian pendidik dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka perhatian pendidik dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat kelompok dalam memecahkan masalah.
Peranan pendidik dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (i) pembentukan kelompok, (ii) perencanaan tugas kelompok, (iii) pelaksanaan, dan (iv) evaluasi hasil belajar kelompok. Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok serta peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar kepemimpinan dan keterpemimpinanyang harus dipelajari oleh setiap peserta didik karena dimasyarakat modern keterampilan memimpin dan terpimpin diperlukan dalam kehidupan.
3.      Pendekatan Campuran
Pada bagian terdahulu, telah dikemukakan, bahwa seorang anak didik memiliki latar belakang perbedaan secara individual, juga memiliki persamaan sebagai mahluk yang berkelompok. Dengan demikian, setiap peserta didik sesungguhnya dapat didekati secara individual dan kelompok. Pada bagian terdahulu juga sudah dikemukakan, bahwa pada pendekatan individual dan kelompok masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pendekatan tersebut, menunjukan bahwa kemungkinan dapat dilakukan pendekatan yang ketiga yaitu, pendekatan campuran. Pendekatan campuran ialah sebuah pendekatan yang bertumpu pada upaya menyinergikan keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan pendekatan kelompok.
Namun dalam praktiknya, pendekatan campuran ini akan jauh lebih banyak masalahnya dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya. Ketika pendidik dihadapkan kepada permasalahan peserta didik yang bermasalah, maka pendidik akan berhadapan dengan permasalahan peserta didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi pesrta didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Dari uraian tersebut menjelaskan, bahwa setiap peserta didik memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam belajar. Dari satu sisi terdapat paserta didik yang motivasi belajarnya sedang-sedang saja, atau rendah. Keadaan ini selanjutnya menimbulkan keadaan peserta didik yang satu bergairah dalam belajar, sedangkan peserta didik yang lainnya biasa-biasa saja, bahkan tidak bergairah sama sekali dan tidak mau ikut belajar. Ia malah asik bersenda gurau, bermain-main, atau melakukan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar. Mereka duduk dan berbicara, berbincang-bincang satu sama lain tentang hal-hal yang terlepas dari masalah pembelajaran.
D.    Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran

1.        Pendekatan Langsung
Pendekatan langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran:
a.    Tahap Presentasi
   Ada lima metode pembelajaran penting yang harus digunakan selama tahap presentasi pembelajaran langsung: (1) review materi sebelumnya atau keterampilan awal yang diperlukan; (2) pernyataan mengenai pengetahuan atau keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3) pernyataan atau pengalaman yang menyediakan siswa dengan penjelasan tentang mengapa tujuan khusus ini penting; (4) yang jelas, penjelasan pengetahuan atau keterampilan yang harus dipelajari, dan (5) beberapa kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan pemahaman awal mereka menanggapi pemeriksaan guru.
b.    Tahap Latihan
   Terdapat tiga metode pengajaran dalam tahap latihan : (1) latihan terbimbing langsung dibawah pengawasan guru, (2) latihan mandiri dimana siswa mengerjakan sendiri, dan (3) tinjauan berkala (sering dimasukkan setiap hari dalam praktek dibimbing dan mandiri) dimana sebelumnya siswa belajar memanfaatkan konten atau skills.
c.    Tahap Penilaian dan Evaluasi
   Ada dua penilaian dan evaluasi pada pembelajaran langsung yaitu (1) tes formatif, dan (2) tes sumatif.
d.    Monitoring dan Feedback
   Pemantauan dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3. Jika diperlukan maka diberikan umpan balik agar proses presentasi, latihan dan penilaian berjalan sesuai yang diharapkan.

2.    Pendekatan Diskusi
     Pembagian tanggung jawab:
Pembelajaran diskusi harus menggeser pembelajaran  yang berpusat pada menjadi pendekatan yang berpusat pada tanggungjawab belajar bersama antara guru dan siswa. Pembagian tanggungjawab ini tidak berarti mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran tetapi mengelola dan mengarahkan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu harus ada pengaturan peran dan tugas yang jelas.
3.    Pendekatan Pengalaman
Ada beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran yaitu:
1. Framing The Experience (Merangkaikan pengalaman)
Ø  Menetapkan tujuan atau hasil pembelajaran
Ø  Membicarakan kriteria penilaian
Ø  Membangun hubungan (teman sebaya, guru,komunitas dan lingkungan)
      2.    Activating experience (Menggerakkan Pengalaman)
Ø  Pengalaman nyata
Ø  Membuat keputusan hasil yang nyata
Ø  Orientasi Masalah
Ø  Kesulitan Optimal
3.    Reflecting on experience (Evaluasi/Penilaian dalam Pengalaman)
Ø  Fasilitas guru sebagai fasilitator
Ø  Membuat kelompok
Ø  Proses : Apa yang terjadi , mengapa itu terjadi , apa yang telah dipelajarai dan bagaimana Cara mengaplikasikannya.
4.    Pendekatan Berbasis Masalah
a)      Pemilihan masalah
PBI ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan penyempurnaan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini tidak cocok sebagai strategi instruksional untuk mengajarkan keterampilan dasar. Pendekatan PBI memerlukan pemilihan masalah yang pembelajar (bahkan pelajar muda) telah memiliki pengetahuan, yang mereka peroleh dari pengalaman hidup, sehingga penerapan pengetahuan ini dengan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan pemecahan masalah dapat menghasilkan pemahaman lebih dalam.

b)      Peran guru.
Hal yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI adalah kemampuan guru berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan bukan sebagai penyedia informasi atau materi.
c)      Penilaian autentik praktek untuk memvalidasi tujuan pembelajaran.
Penggunaan penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:
o   Instruktur / guru harus sangat mengerti yang dimaksud (atau antisipasi) hasil pembelajaran yang berkaitan dengan masalah yang diajukan ke pelajar. Strategi penilaian yang digunakan harus selaras dengan hasil yang diinginkan.
o   Penilaian sumatif dilakukan pada akhir siklus pemecahan masalah. kelompok siswa dinilai berdasarkan pada solusi yang ditawarkan mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
o   Penilaian formatif dapat terjadi setiap saat dalam siklus FBI. Barrows (1988) menunjukkan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran mereka diuji dengan menuliskan pengetahuan yang didapat pada proses pemecahan masalah.
d)     Gunakan penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional adalah :
o   Tujuan dari proses pembekalan ini adalah untuk membantu peserta didik untuk mengenali, verbalisasi, dan mengkonsolidasikan apa yang telah mereka pelajari, dan untuk mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang ada.
o   Tugas guru adalah untuk memastikan suara yang sama bagi semua peserta, jadi hati-hati untuk mendengarkan semua anggota dan meminta semua anggota untuk mereka berpendapat dan bercommentar.
o   Ikuti tanya jawab didirikan protokol. Tahu generik dan spesifik pertanyaan untuk diminta untuk memandu sesi tanya jawab. Siapkan pertanyaan ide / topik untuk memastikan bahwa Anda (sebagai debriefer) mengingat semua pembelajaran yang telah dibahas dalam kegiatan FBI.
o   Ajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik agar sesuai dengan pengetahuan baru ke dalam skema yang ada.
o   Dorong peserta didik untuk mendaftar apa yang telah mereka pelajari dengan menggunakan peta konsep-menyediakan bahan-bahan yang diperlukan.

4.      Pendekatan Simulasi
Secara umum desain pendekatan simulasi memiliki tujuh prinsip umum, sebagai berikut:
a.    Fungsi Isi
Bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul fungsional dari sebuah pembelajaran simulasi. Konten Simulasi mengambil model yang dinamis replika sistem nyata atau khayalan.
b.    Fungsi Strategi
Melibatkan Desain strategi yang menggambarkan konteks pengaturan instruksional, pengaturan sosial, tujuan, struktur sumber daya, dan acara yang diberikan.
c.    Fungsi Kontrol
Desain simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang pelajar dapat menyampaikan pesan-pesan yang mempengaruhi terbukanya isi, strategi, atau unsur-unsur dinamis lainnya dari pengalaman. Desain sistem kontrol sangat  menantang karena tindakan belajar berlangsung dalam konteks yang dinamis dan harus memanfaatkan pertukaran informasi dan kontrol.
d.    Fungsi Pesan
Pesan Menghasilkan unit:
o   Prinsip: Pesan Elements
o   Prinsip: Pendekatan untuk Penataan pesan
o   Prinsip: Pelaksanaan-waktu Pembangunan pesan

e.    Fungsi Representasi
Fungsi representasi desain simulasi adalah yang paling terlihat dan nyata. Desainnya melibatkan semua unsur sensorik pengalaman simulasi-pemandangan, suara, sensasi taktil, dan kinestetik sensasi. Fungsi representasi desain yang menggambarkan semua pengalaman indrawi yang akan diadakan dan bagaimana mereka akan diintegrasikan dan disinkronkan. Semua dijelaskan struktur titik ini untuk konten, strategi, kontrol, dan pesan yang abstrak dan menjadi terlihat hanya melalui representasi desain. Oleh karena itu, representasi adalah jembatan yang menghubungkan elemen desain abstrak dengan simbolis tertentu elemen media.

f.     Media-fungsi logika
Media-melaksanakan fungsi logika representasi dan melaksanakan operasi logis yang memungkinkan simulasi peristiwa terjadi. Hal ini dapat juga mencakup perhitungan dan pengumpulan data.

g.    Fungsi pengelolaan data
Mengelola data yang dihasilkan dari interaksi






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan antara pendidik dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Paradigma pendikan yang digunakan sekarang ini bukanlah paradigma dimana pembelajar diibaratkan sebagai  mengisi air ke dalam gelas, melainkan pendidik bertindak sebagai guru yang memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki peserta didik itu dapat diexplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma pendidikan  yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai “seorang bidan” yang membantu melahirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu peserta didik agar dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.
B.     Saran
Para pendidik hendaknya terus berupaya untuk melaksanakan pendekatan dalam pembelajaran melalui program pembelajaran yang terencana, hindari kebiasaan pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat dan hafal. Demikian halnya dengan peserta didik harus meningkatkan cara belajarnya dan aktif ketika pembelajaran berlangsung demi meningkatkan proses pembelajaran yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain.1997.Strategi Belajar Pembelajaran1. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Metro.Sanjaya,W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Group.